Prakom Tidak Bisa Agile

Sebuah autokritik untuk mendorong terwujudnya keselarasan antara penerapan Agile dengan tujuan utama para pranata komputer di seluruh Indonesia, yaitu mencapai angka kredit sesuai target.

Sinopsis

Agile lahir dan tumbuh di dunia TI jauh sebelum Manifesto Agile muncul pada tahun 2001. Saat ini konteks penggunaan Agile sudah merambah ke luar TI, tapi Agile tetap saja identik dengan TI, termasuk di pemerintahan. Hal lain yang juga identik dengan TI di pemerintahan adalah Prakom, yaitu jabatan fungsional para ASN yang bekerja di bagian TI pemerintahan.

Sayangnya kedua hal itu tidak otomatis selaras. Dalam Agile, tujuan utamanya adalah produk yang layak pakai, sementara prakom harus mengejar dokumentasi yang lengkap agar dapat diajukan sebagai angka kredit. Perbedaan itu cukup mendasar karena Agile menegaskan bahwa working software itu lebih penting daripada dokumentasi yang lengkap. Isu itu adalah isu utama yang membuat prakom sulit menerapkan Agile dengan baik.

Untungnya peluang untuk menyelaraskan cara kerja Agile dan cara kerja prakom masih terbuka. Mulai dari membiasakan diri untuk bekerja sesuai juknis, mengurangi beban dokumen yang harus dibuat, sampai memasukkan Agile ke dalam juknis, ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menyeleraskan Agile dan angka kredit. Dengan berbagai cara itu, prakom akan lebih dari sekadar menjadi Agile, tapi juga menjadi sebuah jabatan fungsional yang berperan besar dalam mengoptimalkan Agile di pemerintahan.

Buat situs web atau blog di WordPress.com